Artikel Ilmiah: Potensi Produksi Gas Hidrogen dengan Prinsip Elektrolisis Air sebagai Alternatif Sumber Energi Masa Depan yang Ramah Lingkungan
Potensi Produksi
Gas Hidrogen dengan Prinsip Elektrolisis Air sebagai Alternatif Sumber Energi
Masa Depan yang Ramah Lingkungan
Ahmad Amjad Muzani (13630019)
Jurusan Kimia UIN Sunan Kalijaga
e-mail : amzn3931@gmail.com
Pendahuluan
Manusia yang hidup saat ini sangat tergantung pada
sumber energi untuk menjalakan aktivitasnya, baik pada skala rumah tangga
maupun pada skala industri. Menurut Brian Yuliarto PhD,
dosen Teknik
Fisika ITB, saat
ini total kebutuhan energi di seluruh dunia mencapai 10 Terra Watt (setara dengan 3 x 1020
Joule/ tahun) dan diprediksi jumlah ini akan terus meningkat hingga mencapai 30
Terra Watt pada tahun 2030. Kebutuhan yang meningkat terhadap energi juga pada
kenyataanya bertabrakan dengan kebutuhan umat manusia untuk menciptakan
lingkungan yang bersih dan bebas dari polusi. Berbagai konsideran ini menuntut
perlunya dikembangkan sumber energi alternatif yang dapat menjawab tantangan di
atas tersebut.1
Data dari Kementrian Energi dan
Sumber Daya Mineral menunjukkan bahwa sumber energi yang paling banyak
digunakan di Indonesia pada tahun 2012 berasal dari bahan bakar minyak, yaitu
sebanyak 363,83 Million BOE.2 Berdasarkan data
realisasi konsumsi BBM subsidi tiga tahun terakhir, pada 2012 konsumsi BBM
subsidi 3,02 juta kL di atas 2011 sebesar 41,76 juta kL, lalu realisasi 2011
sebesar 3,5 juta kl di atas 2010 sebesar 38,26 juta kL3. Kepala BPH Migas Andy Noorsaman Sommeng menegaskan3,"Konsumsi BBM 2012 naik 4,95% dibandingkan 2011 sebesar 71,526
juta kL. Pada
2011, konsumsi nasional terdiri dari subsidi 41,784 juta kL dan non subsidi 29,742
juta kL". Penggunaan bahan bakar minyak yang semakin meningkat ini
tentunya tidak akan bisa diimbangi dengan ketersediaanya di bumi, karena sumber
daya tersebut tidak dapat diperbarui lagi.
Kontinuitas penggunaan bahan bakar minyak memunculkan paling sedikit dua ancaman serius: (1)
faktor ekonomi, berupa jaminan ketersediaan bahan bakar fosil untuk beberapa
dekade mendatang, masalah suplai, harga, dan fluktuasinya (2) polusi akibat
emisi pembakaran bahan bakar fosil ke lingkungan. Polusi yang ditimbulkan oleh
pembakaran bahan bakar fosil memiliki dampak langsung maupun tidak langsung
kepada derajad kesehatan manusia. Polusi langsung bisa berupa gas-gas
berbahaya, seperti CO, NOx, dan UHC (unburn
hydrocarbon), juga unsur metalik seperti timbal (Pb). Sedangkan polusi
tidak langsung mayoritas berupa ledakan jumlah molekul CO2 yang
berdampak pada pemanasan global (Global
Warming Potential).4
Oleh karena itu diperlukan sumber
energi baru yang dapat diperbarui dan tentunya ramah lingkungan. Salah satu
energi yang diharapkan dapat dikembangkan untuk mengganti bbm adalah energi
hidrogen yang dihasilkan dari proses elektrolisis. Energi ini dapat
diperbaharui karena bahan baku utamanya adalah air yang tersedia melimpah di
bumi. Energi ini akan ramah lingkungan karena hasil pembakaran hidrogen dengan
oksigen akan menghasilkan air.
Mengenal Elektrolisis
Elektrolisis adalah suatu proses untuk memisahkan senyawa kimia menjadi
unsur - unsurnya atau memproduksi suatu molekul baru dengan memberi arus listrik.
Sedangkan elektrolisis air adalah proses elektrolisis yang dimanfaatkan untuk
memecah molekul air (H2O) menjadi Hidrogen (H2) dan
Oksigen (O2). Proses elektrolisis air dapat terjadi dengan setengah
reaksi asam ataupun basa (alkaline electrolysis) ataupun keduanya. Pada kedua
jenis reaksi diatas gas Hidrogen juga dihasilkan pada elektroda negatif
(katoda) dan gas oksigen dihasilkan pada elektroda positif (anoda).5
Elektrolisis merupakan proses kimia yang mengubah energi listrik menjadi energi kimia.
Komponen terpenting dari proses elektrolisis ini adalah elektroda dan larutan
elektrolit. Pada proses elektrolisis diperlukan dua buah, yaitu katoda sebagai
kutub negatif dan anoda sebagai kutub positif. Alat yang digunakan untuk
menguraikan air disebut dengan
elektroliser (electrolyzer). Di dalam elektroliser, air(H2O) dipecah menjadi
gas HHO atau sering disebut sebagai brown gas. Elektroliser juga merupakan
istilah lain untuk menyebut generator hydrogen. Elektroliser menghasilkan
hydrogen dengan cara mengalirkan arus listrik pada media air yang mengandung larutan elektrolit. Medan magnet
akan mengubah struktur atom hydrogen (H2) dan Oksigen (O2) pada air dari bentuk
diatomic menjadi monoatomik. Selain itu, ikatan neutron yang mengikat partikel
H dan O akan terlepas, sehingga partikel H akan tertarik ke kutub positif dan
partikel O akan tertarik ke kutub negatif elektroliser. Inilah yang disebut
sebagi disosiasi. Sejalan dengan proses tersebut, volume dan gelembung gas H
dan O yang melekat pada ‘fin’ elektroliser akan bertambah, terlepas mengambang, dan kemudian bergerak naik. Saat
gelembung gas hydrogen dan oksigen monoatomik terlepas dari permukaan air, partikel gas tersebut akan berikatan kembali
diruang udara sebagai brown gas atau gas HHO.6
Aplikasi
pada kendaraan bermotor
Dalam beberapa
penelitian yang telah ada menunjukkan bahwa penerapannya pada kendaraan
bermotor dapat meningkatkan efisiensi penggunaan bahan bakar dan meningkatkan
torsi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Iqbal Wahyudzin dan Harus Laksana
Guntur, dikembangkan prototipe generator gas HHO (Brown Gas) dengan sistem
kering. Sebagai elektroda digunakan baja SS 304 dan sebagai katalis KOH 25%.
Prototipe alat diuji karakteristiknya, yaitu konsumsi daya listrik, laju
produksi gas HHO, kadar gas Hidrogen (H2) pada gas HHO dan efisiensi
energi dari alat. Kemudian prototipe alat di uji cobakan pada kendaraan
bermesin injeksi 1300 cc. Konsumsi bahan bakar, daya engine dan emisi gas buang
diukur sebelum dan sesudah kendaraan menggunakan generator gas HHO. Dari hasil
penelitian ini generator Brown gas dry cell enam ruang didapatkan campuran
elektrolit berupa 25% KOH dan 75 % aquades dengan konsumsi daya listrik sebesar
67,2 Wat yang menghasilkan flowrate sebesar 4,6 ml/s. Setelah dilakukan pengujian
pada kendaraan Toyota Avanza1300cc didapatkan peningkatan torsi sebesar 6,2 %
dan daya yang dihasilkan sebesar 6,16 %. Penurunan nilai sfc terbesar pada
mobil Toyoyta Avanza1300 cc yaitu 14,70%. Tingkat emisi gas buang CO2 menurun
15,31% sedangkan nilai HC menurun 16,27 % dan nilai NOx menurun sebesar 19%.5
Hasil dari
penelitian yang dilakukan oleh Dhika Ramadhanny Putra, menunjukkan bahwa gas
hasil elektrolisis juga meningkatkan kinerja mesin diesel. Pengaruh gas hasil
elektrolisis terhadap unjuk kerja motor diesel berbahan bakar MDO cukup besar,
sehingga diharapkan dengan adanya gas elektrolisis tersebut dapat meningkatkan
performa dari motor diesel terutama terhadap konsumsi bahan bakar MDO. 6
Selain itu, hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana Fitriah dan Wahyono Hadi menunjukkan bahwa hydrogen
electrolyzer dengan kombinasi bentuk elektroda plat dan volume elektrolit
270 mL mampu menurunkan konsumsi bahan bakar sebesar 19.2%. Pada hydrogen
electrolyzer dengan bentuk elektroda silinder dan volume larutan elektrolit
270 mL diperoleh persentase terbesar untuk penurunan emisi CO sebesar 80.18%.
Untuk pengujian emisi HC, persentase penurunan terbesar terjadi pada hydrogen
electrolyzer dengan variasi bentuk elektroda plat dan volume elektrolit 270
mL yaitu sebesar 43.72%.7
Kesimpulan
Berdasarkan beberapa penelitian yang
telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa hidrogen dapat diproduksi dengan
proses elektrolisis air dan sangat berpotensi untuk dikembangkan lebih lanjut
sebagai energi alternatif masa depan yang efisien dan ramah lingkungan.
Daftar Pustaka
(1) Brian Yuliarto PhD
(terakhir). Solar Sel Sumber Energi Terbarukan Masa Depan
http://esdm.go.id/berita/artikel/56-artikel/4034-solar-cell-sumber-energi-terbarukan-masa-depan-.html
(accessed Jan 7, 2014).
(2) Ego
Syahrial; Rinaldi Adam; Suharyati; Nunung Ajiwihanto; R.R. Fifi Indarwati; Feri
Kurniawan; Agung Kurniawan; Vony Mela Suzanti. 2012 Handbook of Energy &
Economic Statistics of Indonesia; PUSDATIN ESDM: Jakarta, 2012.
(3) Konsumsi
BBM Bersubsidi 2013 Bisa Tembus 49 Juta Kiloliter
http://bisnis.liputan6.com/read/510651/konsumsi-bbm-bersubsidi-2013-bisa-tembus-49-juta-kiloliter
(accessed Jan 7, 2014).
(4) Yuli
Indartono. Bioethanol, Alternatif Energi Terbarukan: Kajian Prestasi Mesin dan
Implementasi di Lapangan
http://www.energi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1121436790 (accessed
Jan 7, 2014).
(5) Iqbal
Wahyudzin; Harus Laksana Guntur. 2012, 1, 1.
(6) Dhika
Ramadhanny Putra. 2009, 1.
(7) Diana
Fitriah; Wahyono Hadi. 2009.
Comments
Post a Comment