Kompetisi Artikel Online: Pemanfaatan Hidrogen dari Elektrolisis Air Sebagai Energi Alternatif Pada Kompor Skala Rumah Tangga
Pemanfaatan
Hidrogen dari Elektrolisis Air Sebagai Energi Alternatif Pada Kompor Skala Rumah
Tangga
Ringkasan:
Sumber energy seperti minyak
bumi dan gas alam merupakan kebutuhan vital bagi manusia. Hal ini dikarenakan banyak
peralatan yang penggunanya tergantung pada keberadaan sumber energy tersebut seperti
mobil, motor, truk, bis, kompor, pembangkit listrik, dan lain-lain. Kebutuhan akan
sumber daya alam tersebut akan terus mengalami peningkatan seiring dengan meningkatnya
populasi umat manusia, sedangkan minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya
alam yang tidak dapat diperbarui. Untuk itu diperlukan
suatu inovasi dengan memanfaatkan energy alternatif(renewable energy)
sebagai bahan bakar. Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan
hidrogen yang berasal dari proses elektrolisisair sebagai bahan bakar. Dalam hal
ini akan diaplikasikan sebagai bahan bakar kompor pada skala rumah tangga.
Pendahuluan
Seiring bertambahnya populasi manusia di muka
bumi ini mengakibatkan konsumsi manusia terhadap sumber daya alam seperti minyak bumi dan gas alam meningkat.
Semakin banyak manusia mengkonsumsi minyak bumi dan gas alam maka semakin sedikit jumlah
sumber daya alam tersebut karena sumber daya tersebut merupakan sumber daya alam yang
tidak dapat diperbarui. Kelangkaan
sumber daya alam tersebut akan menyebabkan harganya semakin meningkat, sehingga
akan berdampak pula pada kenaikan harga barang yang pendistribusianya memanfaatkan
sumber daya alam tersebut. Namun kenaikan harga barang-barang tersebut tidak diiringi dengan
peningkatan pendapatan rakyat, sehingga yang terjadi adalah rakyat semakin menderita
akibat kenaikan harga bahan bakar. Hal ini merupakan sebuah ironi dari sebuah negri
yang memiliki tambang minyak bumi maupun gas alam yang melimpah, namun di dalamnya
terjadi krisis energi.
Selama ini kebijakan pengelolaan tambang
minyak bumi dan gas alam di Indonesia banyak menguntungkan pihak asing dan merugikan
negara. Salah satu kebijakan pemerintah yang cenderung memihak asing ditunjukkan dari keputusan pemerintah
dalam UU
No. 22 Tahun 2001 yang antara lain mengatur pengelolaan minyak dan gas bumi
oleh BP Migas. Keberadaan undang-undang tersebut mengakibatkan Indonesia
hanya menjual minyak mentah kemudian diolah di luar negeri. Apabila Indonesia
dapat mengolah minyak sendiri dan mengekspornya, maka setiap ada kenaikan harga
minyak dunia Indonesia tidak akan mengalami kegoncangan seperti yang terjadi
akhir-akhir ini.Hal senada juga diungkapkan KH Hasyim Muzadi, mantan Ketua Umum PBNU. Beliau mengungkapkan,“Karena UU No. 22 Tahun 2001
tidak memungkinkan negara mengolah minyak mentahnya sendiri di dalam negeri,
kemudian mengekspornya ke luar negeri”(jakartagreater.com:2012).
Untuk mengatasi krisis bahan bakar di
Indonesia tentunya harus ada solusi. Kita tidak boleh hanya menunggu dan bergantung
pada pemerintah yang selama ini lebih memihak kepada kepentingan asing. Untuk itu
harus ada suatu inovasi energy alternatif yang dapat diterapkan di masyarakat,
sehingga masayrakat tidak hanya bergantung pada bahan bakar konvensional
(minyakdan gas bumi). Salah satu langkah yang dapat ditempuh adalah dengan memanfaatkan
hidrogen yang berasaldari proses elektrolisis air sebagai bahan bakar,
mengingat air merupakan sumber daya alam yang melimpah. Dalam hal ini akan diaplikasikan
sebagai bahan bakar kompor pada skala rumah tangga.
Mengenal
Elektrolisis
Elektrolisis air adalah
peristiwa penguraian senyawa air (H2O) menjadi oksigen (O2) dan hidrogen gas (H2) dengan menggunakan arus listrik yang melalui air tersebut. Pada
katode, dua molekul air bereaksi dengan menangkap dua elektron, tereduksi menjadi gas H2 dan ion
hidrokida (OH-). Sementara itu pada anode, dua molekul air lain
terurai menjadi gas oksigen (O2), melepaskan 4 ion H+ serta
mengalirkan elektron ke katode. Ion H+dan OH- mengalami
netralisasi sehingga terbentuk kembali beberapa molekul air(wikipedia.org).
Reaksi
keseluruhan yang setara dari elektrolisis air dapat dituliskan sebagai berikut.
2H2O(l) --> 2H2(g) + O2(g) deltaG = 474,4 kJ
Melalui
elektrolisis ini, listrik dapat digunakan untuk memecah senyawa air menjadi dua
unsur penyusunnya, yakni gas hidrogen dan oksigen. Reaksi ini dapat dibuat terjadi di dalam suatu sel. Sek elektrolitik
ini terdiri atas sepasang elektroda yang terbuat dari logam nonreaktif seperti
platina dan karbon. Ketika elektroda-elektrodanya dihubungkan ke baterai, tidak
terjadi sesuatu karena tidak cukup ion dalam air murni untuk membawa arus
listrik. Ingat bahwa pada 25 ̊ C, air murni hanya memiliki 1 x 10-7 M
ion H+ dan 1 x 10-7 M ion OH-. Sebaliknya, reaksi terjadi dengan mudah dalam
larutan H2SO4 0,1 M sebab terdapat cukup ion untuk penghantar listrik.
Di luar negri prinsip elektrolisis telah banyak dimanfaatkan sebagai bahan
bakar kendaraan, mengingat hidrogen adalah sumber bahan
bakar yang diunggulkan karena menghasilkan emisi yang tidakmencemarilingkungan. Sejumlah produsen otomotif misalnya Honda, BMW, Audi, VW,
Toyota dan Mercedes telah mengeluarkan seri-seri mobil mereka berbahan bakar
hidrogen ini(smache.blogspot.com).
Aspek yang Perlu Dipertimbangkan
Proses elektrolisis dapat digunakan untuk menghasilkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan dan bahkan telah banyak di luar negri telah banyak dimanfaatkan. Namun, dalam penerapanya sebagai kompor skala rumah tangga kita memang harus memperhatikan beberapa aspek berikut.
1.
Efisiensi Elektrolisis Air
Mengenai efisiensi elektrolisis ini diantaranya akan timbul dua
pertanyaan, yaitu bagaimana dengan
efisiensi prosesnya dan apakah energi yang
dimiliki oleh hidrogen yang dihasilkan sudah lebih besar daripada energi
listrik yang dibutuhkan untuk
meng-generate hidrogen dari proses elektrolisis itu sendiri.
Untuk mengoptimalkan listrik, dapat dilakukan
dengan penambahan katalis seperti KOH atau H2SO4. Katalisator misalnya KOH, H2SO4
dan lain-lain berfungsi mempermudah proses penguraian air menjadi hidrogen
dan oksigen karena ion-ion katalisator mampu mempengaruhi kesetabilan molekul
air menjadi menjadi ion H dan OH yang lebih mudah di elektrolisis. Dengan
kata lain energi untuk menguraikan air menjadi lebih rendah. Tampak pada grafik
dibawah ini bahwa konduktifitas listrik dapat dipengaruhi oleh konsentrasi suatu zat.
Gambar 1. hubungan
konsentrasi katalis KOH dan konduktifitas listrik (Pyle dkk.)
2.
Aspek Technological Risk
Mengenai aspek technological risk atau aspek keselamatan ini merupakan
aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Karena keselamatan merupakan hal
yang harus diutamakan. Gas hydrogen merupakan gas yang reaktif dan untuk
menimbun atau menyimpanya diperlikan pengamanan yang ketat. Apabila tidak
benar-benar aman, maka sedikit saja sulutan dari luar akan menyebkan terjadinya
ledakan. Tentunya hal seperti itu tidak boleh terjadi, karena apabila sampai
terjadi ledakan akan menimbulkan ledakan yang cukup besar dan kerugianyapun
juga besar.
Oleh karena itu, langkah pencegahan yang paling efektif dan efisien
adalah dengan tidak mengakumulasikan gas hydrogen tersebut sehingga
menghilangkan resiko meledak. Dengan kata lain, alat tersebut harus memiliki
system bahwa gas hydrogen yang terbentuk dari proses elektrolisis langsung
dibakar. Sehingga tidak diperlukan penampung gas hasil elektrolisis karena saat
itu juga gas tersebut langsung digunakan sebagai bahan bakar. Sehingga resiko
terjadinya ledakan dapat dihilangkan.
Daftar Pustaka :
1.
Chang,
Raymond.2003.Kimia Dasar: Konsp-konsep
Inti Edisi 3.Jakarta:Penerbit Erlangga.
Comments
Post a Comment